Senin, 14 September 2009

Tahbisan Imam

Tahbisan Imam pertama CSE, Rm. Sergius Paulus
oleh Mgr. Michael Cosma Angkur OFM, Uskup Bogor.
Tahbisan diadakan di Kapela Maria Bunda Karmel
Cikanyere - Cipanas


Tahbisan Imam CSE dan imam diosesan Bogor
Rm. Maximilianus Kerit, Rm Vincentius Maria
Rm. Arsenius Viccar yang ketiganya dari Asosiasio
publika CSE dan Rm. Yoseph Natet Pr. Tahbisan oleh
Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM,Uskup Bogor
yang dilaksanakan di Paroki Kristus Raja, Serang - Banten.


Selebran utama misa tahbisan di Serang, Mgr Leopoldo Girelli
Nuncio untuk Indonesia yang didampingi oleh Uskup Bogor
sebagai Uskup pentahbis, Rm Yohanes Indrakusuma OCarm,
Rm. Tri Pr dan Rm. Jimmy Rampengan Pr.

Sampai saat ini sudah ada 7 orang Imam dari asosiasio publika CSE yang ditahbiskan menjadi Imam, mereka semuanya berinkardinasi dengan keuskupan Bogor.

Dari 7 imam yang sudah ditahbiskan, 2 orang Imam sedang studi lanjut di Roma sebagai sebuah persiapan untuk pembinaan di masa depan, 2 Imam mendampingi para frater yang studi di Malang, 2 Imam menjadi pendamping para frater di Cikanyere sekaligu melakukan pelayanan di rumah retret Lembah Karmel dan seorang lain bertugas di keuskupan Medan.

Ada 16 frater yang sedang mempersiapkan diri menjadi calon Imam mereka sedang studi di Malang, 3 orang sedang menjalani TOP dan 3 orang sedang mempersiapkan diri untuk tahbisan Diakon.

Sabtu, 05 September 2009

Kaul Kekal para frater CSE

Para frater CSE yang akan mengucapkan Kaul Kekal
memohon karunia Roh Kudus dan bantuan dari
St. PerawanMaria, Bunda Karmel dan para kudus.


Sebelum mengucapkan kaul, para frater menyatakan
kesediaannya untuk mengikuti Kristus dalam serikat CSE


"Demi kemuliaan Allah...", merupakan ungkapan kerinduan
untuk mengalami persatuan cinta kasih yang sempurna




Selasa, 01 September 2009

Berjalan menuju panggilan

Allah memangil orang-orang yang dipilihnya sejak semula untuk menjadi pekerja-pekerja di kebun anggurNya. Bukan hal yang mudah untuk mengenali panggilan tetapi juga bukan hal yang sulit untuk dikerjakan. Panggilan itu bisa kita lihat dengan merenungkan masa lalu kehidupan kita. Tuhan telah memanggil kita sejak dalam kandungan ibu kita maka akan ada jejak-jejak yang menunjukkan kemana panggilan hidup kita. Tanda-tanda panggilan tersebar di dalam pengalaman masa lalu kita akan tetapi kesulitannya adalah mengimani, meyakini dan merelakan bahwa kita dipanggil oleh Allah.

Ada sebuah perbandingan menarik untuk menggambarkan arah panggilan ini: jika titik start sebagai awal kehidupan kita di umpamakan dari kota Semarang sedangkan Bali sebagai tujuan hidup berkeluarga dan dan Jakarta sebagai tujuan hidup membiara maka kita dapat melihat tujuan perjalanan hidup kita. Seandainya kita merenungkan, melihat dan mengamati perjalanan yang telah dilakukan dan kita mendapati berada di Cirebon maka jelas bahwa tujuan perjalanan adalah Jakarta dan tidak mungkin ke Bali. Akan tetapi sebaliknya kalau kita kemudian meenyadari bahwa saat ini kita ada di Surabaya maka jelas perjalanan itu menuju ke Bali.

Arah hidup kita sudah nyata di dalam pengalaman-pengalaman yang kita alami di dalam kehidupan ini. maka kita diminta untuk melihat-lihat melalui jendela hidup kita, dimana posisi kita sekarang ini. Itulah panggilan kita.

Mengenali Panggilan

Dengan suatu cara tertentu, Allah memanggil seseorang untuk mengikutiNya secara khusus. Mereka yang dipanggil akan mengertinya sebagai sebuah kerinduan untuk mencintai dan melayaniNya. Adakalanya panggilan itu telah dirasakan dan disadarinya sejak ia masih kecil akan tetapi ada kalanya kesadaran itu muncul kemudian. Dari dalam hatinya, ia akan mengerti bahwa ia dipanggil secara khusus untuk mengikuti Dia.


Pengalaman pertamakali seseorang merasa terpanggil bermacam-macam. Ada yang mengalami sebuah pengalaman jelas dan nyata yang menimbulkan kerinduan besar untuk menyerahkan dirinya bagi Tuhan tetapi yang lain merasakan panggilan itu bermula dari sesuatu yang biasa-biasa saja dan kesadaran itu muncul secara perlahan.

Perjalanan panggilan ini tidak seperti sebuah garis lurus, dimana setiap saat ia merasakan dan menyadari bahwa ia terpangggil. Panggilan itu seperti jejak-jejak di pantai yang ditinggalkan seseorang yang berjalan di sana. Ada kalanya jejak itu kelihatan nyata dan dalam karena pasir yang diinjaknya basah dan lembek. Akan tetapi jejak itu menghilang ketika melangkah diatas pasir yang kering dan keras.
Ketika melihat ke belakang, ke masa lalu maka ia akan mel;ihat ada jejak-jejak kaki di sana, menghilang dan timbul lagi di sini. Saat-saat ia menjadi anggota misdinar, saat lulus SMP atau SMA dimana ia harus memikirkan dan memutuskan jalan hidupnya maka jejak-jejak itu tampak nyata. Jejak itu mungkin hilang ditahun-tahun ketika memilik pacar, muncul di saat lain dan menghilang kembali. Akan tetapi jejak itu menunjukkan sebuah kepastian kepada kita: "Kita dipanggil"